Kapan Nikah Nih?

By. serafianelies - 18 Nov 2023

Bagikan:
img

Serafi Anelies Unani

Akhir-akhir ini sering sekali  diberondong pertanyaan dan juga nasehat-nasehat seperti 

"kapan Menikah?". 

"Menunggu apa lagi?". 

"Mencari apa lagi?". 

"turunkan sedikit spesifikasimu". 

"jangan terlalu pemilih". 

Well, kalau beberapa tahun lalu mungkin saat itu saya akan terusik dan mempertanyakan pilihan saya hari ini untuk menjadi single. Saya bukan tidak ingin menikah, hanya saja sayapun sedang mempersiapkan diri saya sendiri untuk hal tersebut. 

Ketika ditanya apakah saya mau menikah? jawaban saya iya, jelas saya ingin menikah. Tapi saya pun sedang belajar, bahwa menikah tidak hanya tentang mempersiapkan hati, fisik dan Psikis saja. Tapi untuk memilih berumah tangga juga harus diikuti kesiapan mental saya sendiri. 

Kesiapan yang saya maksud, tidak hanya tentang cara saya menerima baik dan buruk pasangan saya saja. Melainkan juga cara saya menerima kelebihan dan kekurangannya. baik dan buruknya. itu baru antara saya dan pasangan. belum cara saya berbesar hati menerima keluarganya, keluarga besarnya dengan berbagai macam sifat dan karakter. 

Menyiapkan diri saya untuk melihat Pasangan saya yang bangun pagi , rutinitas harian dan sampai tidur kembali akan bertemu pasangan saya. Dimana kami harus menyatukan perbedaan-perbedaan kecil sampai besar diantara kami. Mulai kebiasaan, karakter dan banyak faktor lain yang dikemudian hari mungkin bisa jadi sebuah konflik diantara saya dan pasangan. 

Sesimpel, Tidak menaruh handuk pada tempatnya. Lupa menutup pasta gigi, atau cuci piring. 

Well, Single itu bukan aib kok. daripada terkekang dalam justifikasi orang tentang pilihan untuk menjadi single sementara ini, kenapa tidak dinikmati saja masa muda ini. Nikmati saja pekerjaan kita saat ini, Menikmati masa-masa sendiri ini dengan hal-hal yang positif. Mencoba hal-hal baru. Agar nanti ketika kita sudah menikah kelak, kita tidak penasaran dengan hal-hal yang memang ingin kita coba sebelum menikah. Setidaknya kita punya batasan rasa cukup untuk mencoba hal-hal yang menyenangkan untuk diri kita sendiri sebagai bentuk kita menghargai diri kita sendiri. 

Saya pernah dengar salah satu podcast dan didalam podcast itu disampaikan " Biarlah keinginan menikah itu datang dari kita sendiri, bukan dari pressure atau tekanan disekitar kita."

Semua orang punya caranya untuk menilai, memilih dan kemudian menentukan pilihannya dalam mencari pasangan hidup. ada yang cepat ada yang lambat, dan semua punya potensi gagal yang sama. tapi kembali lagi semua tergantung kita masing-masing. Belajar menyelesaikan masalah kecil juga jadi penting, apakah kita dan pasangan tipe yang mau menyelesaikan masalah dengan duduk bersama dan mendengar. atau tipikal yang suka bercerita ke keluarga atau orang lain untuk mencari solusi itupun juga bisa menjadi bahan pertimbangan sejauh mana kita dan pasangan mampu berkomunikasi dengan baik. Dan kita juga harus memahami apa tujuan Menikah selain sebagai bentuk Ibadah. bahwa menikah bukan hanya tentang kamu atau saya yang mau berkorban saja melainkan bagaimana kita bersama-sama mencari solusi atas permasalahan kita. 

Next, Anak. Sejauh mana kesiapan saya dan pasangan untuk memiliki anak. untuk bersepakat tentang cara mendidik anak. lalu memiliki anak dan tetap bekerja, atau memiliki anak dan memutuskan jadi Ibu rumah tangga. dan lain-lain sebagainya. "Tapi kan itu bisa dicari solusinya setelah menikah?". Kembali lagi ya, itu tergantung cara kita masing-masing ya. kalau saya, saya lebih memilih menyampaikan kegundahan saya diawal pada pasangan jika memang kami memiliki rencana serius kedepan. Dan ini salah satunya. 

Dan Ekspektasi terhadap pernikahan. Media sosial hari-hari ini membuat saya juga berpikir, wah pernikahan idaman seperti ini ya. Tapi tak lama kemudian ada berita-berita tidak menyenangkan terkait pernikahan tersebut yng berujung perpisahan. Yah, pada akhirnya ekspektasi berlebih terhadap suatu pernikahan juga perlu diwaspadai. 

Dalam salah satu podcast #Podcastlangitbiru juga saya setuju nih kalau Pernikahan itu membutuhkan 3 Hal Penting yaitu toleransi, Komitmen dan Komunikasi. Toleransi terhadap pasangan mulai dari kebiasaannya masing-masing. Komitmen, Untuk bertahan dengan pasangan kita untuk menyelesaikan masalah diantara kita tanpa melibatkan orang lain. dan satu-satunya cara untuk bisa menyelesaikan masalah adalah membangun Komunikasi yang baik diantara kita dan pasangan.  

Jadi menurut saya Saya akan memutuskan menikah ketika saya siap secara mental , Memantaskan diri saya sendiri untuk pasangan saya. Jangan sampai saya menuntut berlebih tanpa saya sendiri memperbaiki diri saya. Pada dasarnya semua ingin menikah sekali seumur hidup maka pilihlah yang terbaik. Saya yakin menikah tidak mudah tapi jika kita menemukan pasangan yang tepat, its gonna be worth.

Jadi Sudah siap menikah atau tidak? Itu semua pilihanmu. Jangan dengarkan kata orang. melainkan dengarkan kata hatimu sendiri. #Usanelies 

Noted #source #podcastLangitbiru , #FimelaWeb #CnbcIndonesia 

 





Whatsapp Logo
Start a Conversation Hi! Click one of our member below to chat on Whatsapp